Curhat Seorang Pramudya

Bukan tidak peduli, melainkan sudah jemu dengan sikap yang tak selaras kau berikan padaku.
Kamu seorang pembohong, ketika ada yang bertanya jawabmu selalu iya, padahal yang ku harap jawabmu ialah pernyataan yang didasari hati yang tulus. Aku mengerti tentang sikap yang kau paparkan itu. Sebenarnya kamu takut dengan ketidakpuasan yang nanti akan menghambat kepada karir yang kau harapkan. Namun dengan sikap itu, aku semakin mengerti saja tentang di kau. Tentang di kau, semua tentang kehidupan yang kau lalui dimasa lalu dan saat ini. 

Teruntung perempuan yang selalu ada dalam untaian bait doa yang aku utaran kepada Tuhan ku. Aku sangat merindukan kau. Aku sangat senang ketika melihat kau tersenyum karenaku. Meskipun bukan karenaku, aku masih tetap senang, yang mana menandakan dikau sangat bahagia. Dikau bahagia aku pun bahagia. Meskipun lagi aku merana, dikau tak mungkin mengetahui itu. Dan tak berpengaruh terhadap kehidupan kau.

Saat membutuhkan seseorang, akan ketidakmampuan terhadap situasi, kau selalu mengandalkanku tanpa merasa telah melukai hati ini. Lagi-lagi aku tak berharap lebih dari kau saat ini, karena senyumkau sudah membayar itu semua. 

Post a Comment

0 Comments