Dalam kehidupan pastinya kita selalu dihadapkan dengan apa yang namanya cinta? Kita selalu mendengar di media sosial banyak orang sukses hidupnya karena penuh cinta, banyak orang yang meraih keberuntungan dalam hidupnya karena dibangun atas dasar cinta, banyak orang bahagia karena cinta. Namun ada juga yang dalam hidupnya merana karena cinta; gelisah karena cinta, tak ada gairah hidup karena cinta, mati enggan hidup pun tak mau, banyak orang bunuh diri karena cinta dan bahkan ketika mendengar nama cinta sontak orang tersebut memasang wajah marah, wajah dengki dan bahkan wajah tak suka. Banyak sekali hiruk pikuk kehidupan yang didasari cinta; namun pertanyaannya cinta itu apa sih? Cinta itu harus bagaimana sih? Cinta itu buruk atau baik sih? Mari kita bahas satu persatu. Jangan lupa setelah membaca alangkah baiknya memberikan komentar baik kritikan ataupun sanjungan, namun yang pasti komentar tersebut dapat membangun!!! Nuhun bro..
Kali ini saya akan membawa bayangan ilustrasi cinta saat
dimana saya berada di titik terpuruk karenanya. Usia yang tak muda lagi memaksa
kita harus memiliki suatu penghasilan dalam hidup. Bukan hanya harus melainkan
wajib. Baik pekerjaan tetap maupun freelance,
namun yang pasti memiliki upah atas pekerjaan yang kita kerjakan.
Tidak seperti kebanyakan orang yang memiliki latar belakang
dari keluarga kaya, keluarga saya terbilang sederhana. Keluarga yang mampu
membangun pondasi kuat dari dalam jiwa, sehingga mampu mengelola setiap
rintangan yang kemungkinan akan datang silih berganti. Saya didik untuk hal
tersebut. Semuanya harus mandiri; kebutuhan apapun harus mandiri, jadi orang
kuat, jadi orang berwibawa, jadi orang yang harus menguasai segala medan. Semua
itu ayah dan ibu terapkan kepada saya demi kebaikan hidup kela saat dewasa dan
menua.
Sampai suatu ketika saya diberi kesempatan oleh salah satu
bos untuk bekerja diperusahaannya yang kemudian hal tersebut mempertemukan saya
dengan salah satu karyawan wanita diperusahaannya tersebut. Saat pertama kali
berjuma perasaan suka langsung menghantui kehidupan saya.
Setiap malam saya malu kepada bantal karena tak tidur hanya
memikirkan dia. Entah perasaan suka, sayang dan bahkan cinta saya tidak
mengetahui itu semua. Perasaan tersebut bercampur aduk dalam kekecewaan karena
ia tak merespon sikap yang saya berikan meski tanpa ada untaian bait perasaan
yang diutarakan. Bukannya saya senang saat ia tersenyum malahan perasaan kecewa
melekat dalam hati.
Tingkat kesetaraan dalam hidup bagi kebanyakan orang
sangatlah penting, karena hal tesebut dapat menjadi patokan terjaminnya hidup
saat pasangan mulai membangun hidup yang baru bersama meskipun tak ada
jaminannya. Suatu hal biasa ketika seorang wanita melihat isi dompet dari
seorang lelaki yang mendekatinya. Bahkan sangat selektif dalam memutuskan
keputusan yang akan ia ambil untuk pendekatan selanjutnya.
Jika dinilai layak menjadi pasangan maka seorang wanita akan
bersolek dan bermanja-manja kepadanya. Jika tidak maka penderitaanlah yang akan
dihadapkan kepada seorang laki-laki tesebut. Bukannya wanita itu suka ketika
menegur kita malahan ia bermaksud lain atas sikap kita kepadanya. Sehingga
sering seorang lelaki dimanfaatkan atas keyakinan dalam dirinya kepada seorang
wanita. Dibuatlah suatu keputusan bahwa orang tersebut dinamakan bucin “budak
cinta” sebutan anak zaman sekarang.
Curhatan di masa lalu
Dalam status hubungan saya termasuk orang yang introvert. Bukannya
bilang ketika suka malahan menahan diri untuk bertahan dalam gelombang asmara. Makanya
sering kali dihadapkan dengan kebimbangan akan harapan yang tak pasti.
Alih-alih diterima atau tidaknya ketika berkata jujur, ini malahan memendam
perasaan sedalam-dalamnya sendiri. Meskipun begitu saya pernah dihadapkan dalam
situasi hubungan asmara; Hubungan yang tak karuan, hubungan yang membawa rasa
khawatir berlebihanan, hubungan yang membawa pandangan hidup ke dalam zona
hitam, hubungan yang membuat hidup tak bergairah dan yang paling tragis ialah
hubungan yang senantiasa bermaksiat.
Hubungan asmara yang didasari tanpa ikatan(Akad Nikah) akan
membawa kita ke dalam jurang kehancuran, meskipun begitu ketika sudah menjalin
hubungan yang tidak didasari cinta akan menenggelamkan obor kehidupan.
Suatu ketika saya mencoba menguasai rasa dalam jiwa yang mungkin
sudah tak mampu ditahan lagi, bak bendungan bongkar yang tak mampu menahan
tingginya gelombang air. Cinta itu ibarat perasaan yang mana ketika kita tak
tahu akar mulai tumbuhnya cinta maka kita tak akan kuat untuk menahan getirnya
cinta itu sendiri. Begitu mendengar orang tercinta ada, rasa yang terpendam
dalam jiwa seolah bergejeolak meronta-ronta ingin mendekap yang dicinta.
Arti Cinta
Secara global pengertian cinta ialah suatu emosi dari kasih
sayang yang kuat dan ketertaikan pribadi. Ketika mencari referensi tentang apa
yang namanya cinta dan hal apa saja yang berhubungan dengan cinta maka saya
menemukan bahwa cinta adalah awal mulainya hal baik muncul. Segala hal yang
didasari atas nama cinta maka kebaikan dan kebahagiaanlah yang hadir.
Jika dikaitkan dengan rasa saat hubungan pacaran maka apakah
itu bisa dinamakan cinta? Sedangkan kita senantiasa mengutuk jiwa agar
senantiasa melakukan segalanya yang penting yang dicinta senang. Bagaimana bisa
begitu? Apakah itu nafus belaka yang memanifulasi cinta, sehingga inti sari
dari cinta memasukan kebencian ke dalam dada.
Saya sering mempraktekan apa itu cinta? Sebenarnya cinta
adalah perasaan bahagia yang harus kita salurkan kepada sesuatu apapun yang
kita harap ia bahagia karena kita, tanpa terkecuali dan tanpa ada batasan
waktu; baik cinta kepada orang tua, kepada guru, kepada istri/suami, kepada
saudara, kepada tetangga, kepada lawan jenis, kepada hewan, kepada tumbuhan dan
kepada apapun yang ada di lingkungan kita. Cinta itu bagaimana caranya agar
dapat membuat ia bahagia. Bukan tentang kita melainkan tentang apa yang kita
cinta.
Banyaknya orang yang salah sangka tentang cinta, sehingga
penderitaanlah yang ada. Begitupun waktu itu saya alami hal yang serupa. Seakan
saya berjalan di jalan yang tanpa arah, tanpa tujuan, hati sempit, pikiran
kalut serta kekecewaan yang senantiasa meradang. Alih-alih ingin bahagia malahan
kita merana. Bagaimana bisa begitu? Hal serupa sering kita alami di lingkungan
kita yang mana dalam mencintai kita selalu mengharapkan sesuatu atasnya,
sehingga ketika harapan tersebut tak terealisasi kekecewaanlah yang ada. Meskipun
begitu itu hal yang biasa dialami setiap insan yang bernyawa. Karena belum
mengenal apa yang namanya cinta.
Kenali dirimu maka kamu akan mengenal apa itu cinta. Seolah
teka-teki yang harus kita pecahkan namun sebenarnya cara pandang kitalah yang
harus mengaturnya. Rasional harus mampu mengatur emosi dalam jiwa, sehingga
ketika cinta yang berharap tak kunjung tiba hati yang tenang lah yang ada.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Muhamad Padhil Sumarwan
0 Comments